8:29 PM
Tuesday, February 26, 2008

Antioxidants found in chocolate may help protect your heart!
When I think about chocolate the words that come to mind are, rich, creamy, mouthwatering, delicious and forbidden. It is the number one food craving that people report and for years has been considered verboten in a healthy diet.Chocolate was never found on a list of "health foods".
Chocoholics can now take heart and come out of the closet. Chocolate contains flavonoids, a biological component of plant foods that can help reduce risk for heart disease. Chocolate, in moderation can be once again a part of a balanced diet.
Flavonoids are found in all plant-derived foods in varying amounts. Various flavonoids have been shown to prevent oxidation, chelate (bind) metals, stimulate the immune system and also reduce an allergic response, prevent formation of carcinogens, impede cancer cell growth, and protect against bacteria and viruses according to Agricultural Research magazine from the USDA.
Different flavonoids perform different functions in protecting our health. Chocolate contains the flavonoids Catechins also found in tea ( regular black tea, not herbal teas) and this flavonoid in the diet has been show to help protect the heart from disease.
Some Food Sources of Flavonoids
* Anthocyanidins (cyanidin and delphinidin)-berries, grapes, fruit skins, and true fruit juices
* Catechins (catechin and epicatechin)-true teas (not herbal teas)
* Flavanones (hesperetin and naringenin-citrus
* Flavones (apigenin and luteolin)-grains and herbs
* Flavonols (myricetin and quercetin)-fruits, onions, and botanicals
While chocolate can be a part of a healthy diet, as with everything moderation is the key. You should look for low-fat and low-sugar forms of chocolate to prevent weight gain. The fat content of chocolate does not appear to be a concern to cholesterol levels when consumed in moderation.
Enjoy that chocolate treat without guilt, your heart may thank you.
5:00 PM

Setelah diberitahu tentang novel AAC ini oleh kakak ana, Dr. Roza Ahmad, ana terus bergegas ke bookstore POPULAR di Ampang Point untuk dapatkannya.Walaupun ana baru membaca satu mukasurat, tetapi dengan bahasa yang digunakan oleh penulisnya telah membuatkan ana berangan-angan berada di Kota Mesir..teringat pula adik angkat ana yang kini berada di sana..Hafiz..
Novel Ayat-Ayat Cinta ini, sebuah novel yang cukup baik. Sekiranya para remaja kita dapat membaca dan menghayati dan mengambil iktibar dari kisah tersebut, terutama perkara yang menyangkut paut tentang cinta. Semoga dengan pembacaan terhadap novel ini, kita akan menjadi lebih mengerti tentang apakah dia cinta yang sebenar, cinta yang hakiki......
Novel Ayat-Ayat Cinta dalam etikanya, dapat memperkaya khasanah pengetahuan dan membuat angan kita melayang-layang ke negeri seribu menara dan merasakan pelangi,akhlak yang menghiasi pesona-pesonanya. Sungguh sebuah cerita yang layak dibaca dan disosialisikan pada para pemburu bacaan popular yang sudah tidak mengindahkan akhlak sebagai menu utamanya, agar dunia bacaan kita terhiasi karya-karya yang membangun. Kadangkala ia mengundang airmata tetapi akhirnya tetap ilmu yang berguna. Kadangkala ia membuatkan hati kita tergoda, tetapi nafasnya tetaplah ajakan untuk agama yang mulia. Ayat-Ayat Cinta adalah novel yang sangat bagus dan lengkap kandungannya. Ini bukan hanya novel sastra dan novel cinta, tapi juga novel politik, novel budaya, novel religi, novel fiqh, novel etika, novel bahasa dan novel dakwah. Sangat bagus untuk dibaca oleh siapa saja.
Jika Naguib Mahfuz menulis Mesir dari pandangan orang Mesir, maka Mesir kali ini ditulis dalam pandangan orang Indonesia. Novel ini ditulis oleh orang Indonesia yang faham betul seluk-beluk negeri itu, hingga terperinci. la hidup, berbaur dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari; lalu menyerap semangat dan pengetahuan darinya, dan dituangkan dengan sepenuh hati dalam bentuk novel kaya.
Tabik SPRING untuk Novelis AAC iaitu Habiburrahman El-Shirazy dengan kalamnya.Meski hanya membaca, kita dapat mengenal geografi Kota Mesir, Penulis novel ini berhasil menggambarkan latar (setting) sosial-budaya Timur Tengah dengan sangat hidup tanpa harus memakai istilah-istilah Arab. Bahasanya yang mengalir, karakterisasi tokoh-tokohnya yang begitu kuat dan gambaran latarnya yang begitu hidup, membuat kisah dalam novel ini terasa benar-benar terjadi. Ini contoh novel karya penulis muda yang sangat bagus! bahkan dari gaya bahasa, budaya dan gaya hidup penduduk pribuminya. Padahal penulisnya asli orang Indonesia dan beberapa tausiah dan dakwah dikemas cukup apik dalam bentuk cerita tanpa maksud menggurui sedikitpun.
Untuk semua Muslimin dan Muslimat sejati yang ingin menjiwai agama sama ada yang sedang mencari cinta,tengah hangat atau ingin cinta yang hilang kembali bertaut (pastinya cinta murni karena Allah dan berlandaskan syariat) naskah novel Ayat-Ayat Cinta ini dan hayatilah ia. Terus terang, kisah dilema cinta Fahri vs Aisya, Nurul, Maria dan Noura yang berlatarbelakangkan suasana Mesir-Indonesia akan membuatkan pembaca terbangun ke arah menginginkan bahagia dan meningkatkan azam untuk menjadikan cinta anda benar-benar selaras dengan ajaran Islam yang syumul. Ayat-Ayat Cinta mengajar kita bagaimana kita boleh mencintai Allah dan Rasulullah SAW sepenuh hati serta sekaligus membantu kita mencari pengisian bagaimana kita bisa menjadi Muslim dan Muslimah yang sebenar di dalam agama yang indah ini.
4:01 PM
Sayu sungguh hati ini tatkala membaca tentang "Bertemu Dengan Keturunan Rasulullah S.A.W" di blog akhi amin.Walaupun tidak dapat berjumpa dengan beliau tetapi dengan membaca post tersebut,hati ini terasa tersentuh...terasa diri ini sangat jahil mengingatkan dosa-dosa yang telah dilakukan.Rasa bimbang mula menghantui diri ditambah pula rasa insaf dalam sanubari ana.Ya Allah ampunilah dosa-dosaku dan berkatilah hidupku di dunia dan akhirat.Ameenn.. May Allah bless us all...
Siapakah yang ana maksudkan keturunan Rasulullah tersebut...
Beliau adalah al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafiz putera dari Abd-Allah putera dari Abi Bakr putera dari‘Aidarous putera dari al-Hussain putera dari al-Shaikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari ‘Abd-Allah putera dari ‘Abd-al-Rahman putera dari ‘Abd-Allah putera dari al-Shaikh ‘Abd-al-Rahman al-Saqqaf putera dari Muhammad Maula al-Daweela putera dari ‘Ali putera dari ‘Alawi putera dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari Muhammad Sahib al-Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera dari Muhammad putera dari ‘Alawi putera dari ‘Ubaidallah putera dari al-Imam al-Muhajir to Allah Ahmad putera dari ‘Isa putera dari Muhammad putera dari ‘Ali al-‘Uraidi putera dari Ja'far al-Sadiq putera dari Muhammad al-Baqir putera dari ‘Ali Zain al-‘Abidin putera dari Hussain sang cucu laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali putera dari Abu Talib dan Fatimah al-Zahra puteri dari Rasul Muhammad s.a.w. Beliau dilahirkan di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim. Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidup mereka demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam. Beliau secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Demikian pula kedua kakek beliau, al-Habib Salim bin Hafiz dan al-Habib Hafiz bin Abd-Allah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya. Allah seakan menyiapkan kondisi-kondisi yang sesuai bagi al-Habib ‘Umar dalam hal hubungannya dengan para intelektual muslim disekitarnya serta kemuliaan yang muncul dari keluarganya sendiri dan dari lingkungan serta masyarakat dimana ia dibesarkan. Beliau telah mampu menghafal Al Qur’an pada usia yang sangat muda dan ia juga menghafal berbagai teks inti dalam fiqh, hadith, Bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyaknya ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim yang terkenal itu. Maka beliau pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, al-Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang mendalam pada da'wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah s.w.t. Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan dhikr. Namun secara tragis, ketika al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk sholat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung jawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum beliau mati syahid. Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, ia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk Majelis-majelis dan da’wah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat dimana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al Qur’an dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional. Ia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga ia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya masih muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dan akhirnya diputuskan beliau dikirim ke kota al-Bayda’ yang terletak di tempat yang disebut Yaman Utara yang menjadikannya jauh dari jangkauan mereka yang ingin mencelakai sang sayyid muda. Disana dimulai babak penting baru dalam perkembangan beliau. Masuk sekolah Ribat di al-Bayda’ ia mulai belajar ilmu-ilmu tradisional dibawah bimbingan ahli dari yang Mulia al-Habib Muhammad bin ‘Abd-Allah al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga dibawah bimbingan ulama mazhab Shafi‘i al-Habib Zain bin Sumait, semoga Allah melindunginya. Janji beliau terpenuhi ketika akhirnya ia ditunjuk sebagai seorang guru tak lama sesudahnya. Ia juga terus melanjutkan perjuangannya yang melelahkan dalam bidang Da‘wah. Kali ini tempatnya adalah al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa disekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul-Nya s.a.w pada hati mereka seluruhnya. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-orang dibimbing. Usaha beliau yang demikian gigih menyebabkannya kekurangan tidur dan istirahat mulai menunjukkan hasil yang besar bagi mereka tersentuh dengan ajarannya, terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan, mereka bangga dengan indentitas baru mereka sebagai orang Islam, mengenakan sorban/selendang Islam dan mulai memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia dari Sang Rasul Pesuruh Allah s.a.w. Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah dipengaruhi beliau mulai berkumpul mengelilingi beliau dan membantunya dalam perjuangan da‘wah maupun keteguhan beliau dalam mengajar di berbagai kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini, beliau mulai mengunjungi banyak kota-kota maupun masyarakat diseluruh Yaman, mulai dari kota Ta'iz di utara, untuk belajar ilmu dari mufti Ta‘iz al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan pada beliau perhatian dan cinta yang besar sebagaimana ia mendapatkan perlakuan yang sama dari Shaikh al-Habib Muhammad al-Haddar sehingga ia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam diri beliau terdapat sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung. Tak lama setelah itu, beliau melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasul s.a.w di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, beliau diberkahi kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal disana, terutama dari al-Habib 'Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya s.a.w dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga beliau dicintai al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula beliau diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni al-Habib Ahmed Mashur al-Haddad dan al-Habib 'Attas al-Habashi. Sejak itulah nama al-Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama dikarenakan kegigihan usaha beliau dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopuleran dan ketenaran yang besar ini tidak sedikitpun mengurangi usaha pengajaran beliau, bahkan sebaliknya, ini menjadikannya mendapatkan sumber tambahan dimana tujuan-tujuan mulia lainnya dapat dipertahankan. Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah dalam berbagai manifestasinya, dan dalam berbagai situasi dan lokasi yang berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada mereka yang berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilaku beliau yang paling terlihat jelas sehingga membuat nama beliau tersebar luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru. Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15. Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, beliau meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Disana ajaran-ajaran beliau mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti kongkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran di masa depan. Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang ia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang disekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan yang benar serta melarang yang salah. Dar-al-Mustafa menjadi hadiah beliau bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah dunia diserukan. Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim akan menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah yang jauh bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika masih dikuasai para pembangkang komunis. Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh Habib Umar. Mereka ini akan menjadi perwakilan dan penerus dari apa yang kini telah menjadi perjuangan asli demi memperbaharui ajaran Islam tradisional di abad ke-15 setelah hari kebangkitan. Berdirinya berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah manajemen al-Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku mulia serta menyediakan kesempatan bagi orang-orang awam yang kesempatan tersebut dahulunya telah dirampas dari mereka. Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim, Yaman dimana beliau mengawasi perkembangan di Dar al-Mustafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun dibawah manajemen beliau. Beliau masih memegang peran aktif dalam penyebaran agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga beliau meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya.
6:51 AM

Fall in love with Gamelan so much!Why?Hehe..Gamelan produces very peaceful of sounds..While I'm listening to it, i imagine I'm having a SPA massage at a Bali SPA resort.. :)
A gamelan is a kind of musical ensemble of Indonesia typically featuring a variety of instruments such as metallophones, xylophones, drums, and gongs; bamboo flutes, bowed and plucked strings, and vocalists may also be included. The term refers more to the set of instruments than the players of those instruments. A gamelan as a set of instruments is a distinct entity, built and tuned to stay together — instruments from different gamelan are not interchangeable.
The word "gamelan" comes from the Javanese word "gamel", meaning to strike or hammer, and the suffix "an", which makes the root a collective noun.
Instruments and characteristics
Gamelan is found in the Indonesian islands of Java, Madura, Bali, and Lombok (and other Sunda Islands), in a wide variety of ensemble sizes and formations. In Bali and Lombok today, and in Java through the 18th century, the term "gong" has been preferred to or synonymous with gamelan. Traditions of gamelan-like ensembles (a well known example of which is Kulintang, sometimes called "gong-chime ensembles" by ethnomusicologists) also exist in the Philippines, Malaysia and Suriname, sometimes due to emigration, historic trade, or diplomacy. More recently, through immigration and local enthusiasm, gamelan ensembles have become active throughout Europe, America, Asia, and Australia.
Although gamelan ensembles sometimes include solo and choral voices, plucked and/or bowed string and wind instruments, they are most notable for the large number of metal percussion instruments. The percussion instruments of a central Javanese gamelan ensemble include:
metallophones, such as the saron, gendér, gangsa, and ugal (sets of metals bars laid out in a single row and struck like a glockenspiel) cradled gong chimes called bonang and kenong (sets of large, drum-shaped gongs laid out horizontally on stands) hanging gongs called kempul and the large gong ageng
xylophone-like instruments called gambang (similar to saron and gendér but with wooden bars instead of metal ones) drums called kendhang
Metals used include bronze, brass, and iron, with a 10:3 copper-to-tin bronze alloy usually considered the best material. In addition, there is gamelan ensembles composed entirely of bamboo-keyed instruments, of bamboo flutes, of zithers, or of unaccompanied voices with the functions of metallophones or gongs in the metal ensemble transferred to surrogates.
Gamelan music is built up in layers. At its centre is a basic melody (core melody) known as the balungan. Further layers, including singing in vocal pieces, elaborate upon this melody in certain ways, but the notes of each layer of music relate to the balungan, and generally coincide at the ends of phrases (called seleh in Javanese). There are also a set of instruments which delineate a colotomic structure, usually ending in the stroke of the largest gong.
7:30 PM
Wednesday, January 2, 2008
This song is so touching..Terasa hina sungguh diri ini..Ya Allah..kembalikanlah diriku ke jalanMu yg suci lagi diberkati itu..Ameenn..
Everyone..letz take a look at this lyric:Tanpa-Mu
Album : Tiada Lagi Kasih
Munsyid : In-Team
Resah dan gelisah ku rasa
Hidup penuh pancaroba
Roda masa pantas berputar
Menduga iman di dada
Daku yang lena dan terleka
Tenggelam di lautan dunia
Kabur pandangan mataku
Pada nikmat yang menggunung
Mendustakan kurniaanMu
Tiba murkamu menghukum
Keangkuhanku kian hancur
Lantas ku jatuh dan tersungkur
TanpaMu kasih (Oh Kekasih)
Ku tak berdaya (Ku terpedaya)
Hilang punca dan arah (Pada helah dusta dunia)
Hanyut alpa di arus bergelora
Kasih (Oh Kekasih)
Daku derita (Tangisku hiba)
Lemah dalam sengsara (Dan mengalir oh air mata)
Jiwa dan tubuh kepedihan
Terseksa, terhukum
Menanggung kifarah dariMu
Telah ku lalui semalam
Jalanan kelam dan suram
Lampaui batasan insan
KeagunganMu kulupakan
Rahmat dariMu kudambakan
KeampunanMu kupohonkan
Tuhan, ku tak berdaya
Tempuh segala
Tanpa kasihMu
Hatiku ini merindu
Sinar cintaMu Yang Agung
Pasrah merayu redhaMu
Ampuni dosa-dosaku
Rahmat dariMu ku dambakan
KeampunanMu ku pohonkan
6:15 PM
Tuesday, January 1, 2008
Congratz to myself.. :) Just created my little blog here.Having a blog is the first item in my list of oaths for this year..2008!!Thanks to everyone who have been encouraged me in creating and having a blog.Hope that I will keep my blog active throughout this year..and beyond!Yee--haa!!Welcome everyone!I'm in da house.. :)
Labels: blog